FormatBuku Penghubung Orang Tua Siswa Dengan Guru ini merupakan format terbaru yang mungkin anda perlukan dalam menunjang tugas anda sebagai guru baik wali kelas maupun guru kelas. File ini akan saya bagikan secara gratis sebagai bahan referensi yang mungkin sesuai dengan harapan anda. Buku Penghubung berfungsi sebagai pencatatan atau juga sebagai agenda dalam hal pertemuan antara Guru/ Wali
Gurumemanggil orang tua murid dalam suatu pertemuan berkaitan dengan perilaku murid yang sering melanggar aturan sekolah dan berperangai buruk. dari pernyataan tersebut, dapat disimpulkan keluarga telah mengalami kegagalan menjalankan fungsinya, yaitu
Makadari itu SMK Nusa Mandiri Kabupaten Pemalang melaksanakan pertemuan dengan orang tua/wali murid pada hari jum'at tanggal 25 Februari 2022 di Aula SMK Nusa Mandiri Kabupaten Pemalang. Pertemuan ini dihadiri oleh Bapak Kepala sekolah Mochammad Maliki, S.T didampingi wakil kepala sekolah bidang kesiswaan, Kurikulum dan Humas serta orang tua
Pertemuankali ini sendiri masih berlangsung secara online selain dari belum diperkenankannya mengadakan pertemuan yang. Liu berhasil menemukan orang tua melalui tes dna. Seputar Pendidikan Kerja Sama Antara Guru dan Orang Tua Log into facebook to start sharing and connecting with your friends, family, and people you know. Persatuan orang tua murid dan guru. "saya
Apakahsudah pernah diadakan pertemuan antara orangtua dan guru untuk pendidikan anak? Beberapa sekolah sudah mengadakan pertemuan, terutama untuk orangtua murid baru. Biasanya pada pertemuan tersebut pihak sekolah memperkenalkan para guru dan karyawan, menjelaskan berbagai kegiatan belajar mengajar, masalah administrasi dan sebagainya.
SambutanWali Murid. Yth. Terhormat Kepala Sekolah, Serta Saudara - saudara Wali Murid Yang saya hormati. Dengan memanjatkan puja syukur ke hadirat Tuhan YME, bahwa pada detik ini kita bisa betatap muka, kenal mengenal, antara Wali Murid dan Dewan Guru, dan baru kali inilah kita mendapat undangan pertemuan antara Wali Murid dan Dewan Guru.
va26JyI. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan bagaimana seharusnya sekolah membentuk karakteristik peduli sosial pada siswa SMAN 1 Lembah Gumanti. Penelitian ini dilatar belakangi oleh kurangnya pemahaman tentang pentingnya mata pelajaran dalam diri siswa dan orang tua, sehingga diperlukan hubungan kerjasama antara orang tua dan guru untuk membentuk mata pelajaran siswa. Jenis penelitian yang digunakan dengan teknik pengumpulan data dalam bentuk deskriptif dan kualitatif seperti observasi, wawancara, dan studi pustaka. Penelitian ini mendeskripsikan serta menunjukkan fakta bahwasanya guru telah bekerja keras untuk bekerjasama dengan orang tua, antara lain membina hubungan yang baik antara orang tua dan guru, memberikan arahan dan pembelajaran mengenai pendidikan karakter, mengikutsertakan orang tua murid dalam program pendidikan karakter ini, kemudian juga melahirkan kesepakatan bersama antara guru dengan orang tua mengenai batasan penggunaan gawai serta media sosial bagi anak murid. Mengkordinasikan adanya kunjungan guru ke rumah para murid untuk semakin memantau kebijakan yang sudah dibuat. Dengan peran aktif kedua belah pihak antara guru dan orang tua diharapkan mampu mewujudkan program pembentukan karakter para siswa. Penelitian ini mendeskripsikan serta menunjukkan fakta bahwasanya guru telah bekerja keras untuk bekerjasama dengan orang tua, antara lain membina hubungan yang baik antara orang tua dan guru, memberikan arahan dan pembelajaran mengenai pendidikan karakter, mengikutsertakan orang tua murid dalam program pendidikan karakter ini, kemudian juga melahirkan kesepakatan bersama antara guru dengan orangtua mengenai batasan penggunaan gawai serta media sosial bagi anak murid. Mengkordinasikan adanya kunjungan guru ke rumah para murid untuk semakin memantau kebijakan yang sudah dibuat. Dengan peran aktif kedua belah pihak antara guru dan orangtua diharapkan mampu mewujudkan program pembentukan karakter para siswa. Discover the world's research25+ million members160+ million publication billion citationsJoin for free 513 Syntax Idea p–ISSN 2684-6853 e-ISSN 2684-883X Vol. 3, No. 3, Maret 2021 KERJASAMA GURU DAN ORANG TUA DALAM MEMBENTUK KARAKTER DISIPLIN SISWA SMAN 1 LEMBAH GUMANTI Elfina, Firman dan Rusdinal Universitas Negeri Padang Sumatera Barat, Indonesia Email vinachamelisa firman dan rusdinal Abstract The purpose of this study is to describe how schools should shape the characteristics of social care in students of SMAN 1 Lembah Gumanti. This research is motivated by a lack of understanding of the importance of subjects in students and parents, so a cooperative relationship between parents and teachers is needed to shape student subjects. Types of research used with data collection techniques in descriptive and qualitative form such as observations, interviews, and library studies. This study describes and shows the fact that teachers have worked hard to work with parents, among others fostering good relationships between parents and teachers, providing direction and learning about character education, including parents in this character education program, then also giving birth to a mutual agreement between teachers and parents about the limitations of the use of gadgets and social media for students. Coordinate teacher visits to students' homes to further monitor the policies that have been made. With the active role of both parties between teachers and parents is expected to realize the program of character building of the students Keywords character education; discipline; teachers; parents Abstrak Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan bagaimana seharusnya sekolah membentuk karakteristik peduli sosial pada siswa SMAN 1 Lembah Gumanti. Penelitian ini dilatar belakangi oleh kurangnya pemahaman tentang pentingnya mata pelajaran dalam diri siswa dan orang tua, sehingga diperlukan hubungan kerjasama antara orang tua dan guru untuk membentuk mata pelajaran siswa. Jenis penelitian yang digunakan dengan teknik pengumpulan data dalam bentuk deskriptif dan kualitatif seperti observasi, wawancara, dan studi pustaka. Penelitian ini mendeskripsikan serta menunjukkan fakta bahwasanya guru telah bekerja keras untuk bekerjasama dengan orang tua, antara lain membina hubungan yang baik antara orang tua dan guru, memberikan arahan dan pembelajaran mengenai pendidikan karakter, mengikutsertakan orang tua murid dalam program pendidikan karakter ini, kemudian juga melahirkan kesepakatan bersama antara guru dengan orang tua mengenai batasan penggunaan gawai serta media sosial bagi anak murid. Mengkordinasikan adanya kunjungan guru ke rumah para murid untuk semakin memantau kebijakan yang sudah dibuat. Dengan peran aktif kedua belah pihak antara guru dan orang tua diharapkan mampu mewujudkan program pembentukan karakter para siswa. Elfina, Firman dan Rusdinal 514 Syntax Idea, Vol. 3, No. 3, Maret 2021 Kata kunci pendidikan karakter; disiplin; guru; orang tua Coresponden Author Email vinachamelisa Artikel dengan akses terbuka dibawah lisensi Pendahuluan Pendidikan sebagai sebuah kegiatan dan proses aktivitas yang disengaja merupakan gejala masyarakat ketika sudah mulai disadari pentingnya upaya untuk membentuk, mengarahkan, dan mengatur manusia sebagaimana dicita-citakan masyarakat Heri, 2012. Pentingnya pendidikan melalui pendidikan orang akan mendapatkan ilmu. Orang yang memiliki ilmu akan diangkat derajatnya oleh Allah SWT. Pendidikan mempunyai arti penting dalam kehidupan manusia, dengan pendidikan manusia akan berbeda dengan makhluk-makhluk lainnya yang menempati alam semesta ini. Oleh sebab itu tanpa proses pendidikan, manusia tidak akan menjadi manusia. Sebagaimana disebutkan di atas, tanpa upaya manusia, pendidikan tidak akan terjadi dengan sendirinya. Oleh karena itu, manusia harus dididik dan bisa menjadi makhluk yang terdidik Sepriyanti, 2006. Berdasarkan penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa pendidikan adalah suatu usaha sadar yang dilakukan dan terencana untuk mencapai tujuan pendidikan dari yang tidak tahu menjadi tahu, dan agar dapat membentuk karakter yang baik bagi generasi penerus bangsa. Adanya dorongan akan pembentukan karakter bagi setiap manusia sebagai cikal bakal yang baik untuk menjalankan kehidupan sosial dalam masyarakat Haryati, 2017. Arti dari sebuah kata karakter sebagaimana yang diungkapkan oleh Hidayatullah & Rohmadi, 2010 bahwa karakter merupakan ciri khas yang dimiliki oleh setiap individu, sedangkan menurut Heri, 2012 karakter merupakan keadaan asli yang ada dalam diri individu seseorang yang membedakan dirinya dengan orang lain. Hal terpenting dan sangat berpengaruh pada generasi muda adalah pendidikan karakter. Peran orang tua, pendidikan, serta institusi agama punya peran dan tanggung jawab mengenai pembentukan karakter Kirschenbaum, 1995. Menurut Khan, 2010 pendidikan karakter adalah upaya dan cara berpikir serta berperilaku yang membantu individu untuk hidup dan bekerja bersama sebagai keluarga, masyarakat, dan bernegara serta membantu mereka untuk membuat keputusan yang dapat dipertanggung jawabkan. Sebagaimana yang telah diungkapkan oleh Kebudayaan, 2013 pendidikan karakter diartikan sebagai pendidikan yang membina dan mencirikan bangsa di kalangan peserta didik, sehingga memiliki nilai dan karakter sebagai karakternya sendiri, dan menerapkan nilai-nilai tersebut dalam kehidupannya, sebagai anggota masyarakat dan warga negara yang beragama dan nasionalis, dan berbuah dan Kerjasama Guru dan Orang Tua dalam Membentuk Karakter Disiplin Siswa SMAN 1 Lembah Gumanti Syntax Idea, Vol. 3, No. 3, Maret 2021 515 kreativitas. Berdasarkan penjelaan di atas maka dapat disimpulkan bahwa pendidikan karakter merupakan usaha sadar untuk merubah dan mengembangkan perilaku seseorang kearah yang lebih baik agar mampu berbaur dengan masyarakat dan lingkungannya. Mengingat banyaknya kejadian yang mengindikasikan krisis moral pada anak, remaja, dan lanjut usia, maka pendidikan karakter perlu diperkuat saat ini. Oleh karena itu, mulai dari lingkungan keluarga, lingkungan sekolah dan masyarakat perlu dilakukan penguatan pendidikan karakter sejak dini. Disiplin merupakan salah satu ciri nilai yang harus dikembangkan. Nilai-nilai karakter subjek ini sangat penting bagi manusia, maka akan muncul nilai-nilai karakter baik lainnya. Berdasarkan hal tersebut, pentingnya penguatan nilai disiplin, kini banyak terdapat perilaku abnormal yang melanggar norma disiplin. Contoh lain dari perilaku tidak disiplin adalah membuang sampah sembarangan, parkir di lokasi yang telah ditentukan, ketidakpatuhan terhadap izin mendirikan bangunan, dan lain sebagainya. Akibat perilaku ilegal tersebut menunjukkan tidak adanya kesadaran masyarakat untuk melanggar perilaku disipliner yang ditetapkan oleh pemerintah Luthfi, 2018. Perilaku tidak disiplin sering juga ditemui di lngkungan sekolah. Salah satu contoh yang menunjukkan kurangnya kedisiplinan siswa yaitu di SMAN 1 Lembah Gumanti banyaknya siswa yang membolos. Datang ke sekolah tidak tepat waktu, tidak mengenakan seragam lengkap yang diatur dalam kode etik sekolah, membuang sampah sembarangan, dan tidak mengumpulkan pekerjaan rumah tepat waktu. Oleh karena itu, perhatian orang tua dan masyarakat sekitar sekolah juga sangat dibutuhkan Wengki Andika Putra, 2018 Menurut Agus Wibowo, 2012 menjelaskan bahwa untuk membentuk karakter peserta didik perlu dilaksanakan tiga rencana, yaitu 1 budaya sekolah yang berkualitas yang meliputi kualitas input, kualitas akademik dan kualitas non akademik; 2 Budaya pesantren, fokusnya pada pembinaan budi pekerti, keterbukaan, kepedulian, persatuan dan kerjasama; 3 Budaya disiplin, yang menitikberatkan pada pembinaan budi pekerti, khususnya keyakinan beragama. Pendidikan karakter merupakan bagian penting dari pengembangan kepribadian. Nilai karakter disiplin mendorong tumbuhnya nilai-nilai karakter baik lainnya, seperti rasa tanggung jawab, kejujuran, kerjasama, dll. Curvin, R. L., & Mindler, 1999 meyakini bahwa disiplin memiliki tiga aspek, yaitu 1 disiplin untuk mencegah masalah; 2 disiplin menyelesaikan masalah, agar masalah tidak bertambah parah; 3 disiplin mengatasi siswa yang tidak terkendali. Diperoleh berdasarkan berbagai penjelasan dari pertanyaan di atas, penulis tertarik untuk meneliti dan mengkaji upaya guru dalam menjalin kerjasama dengan orang tua siswa di SMAN 1 Lembah Gumanti sekolah untuk membentuk karakter kedisiplinan siswa. Penelitian yang relevan dengan penelitian penulis diantaranya Wuryandani, Maftuh, & Budimansyah, 2014, “Pendidikan Karakter Disiplin Di Sekolah Dasar” Hasil penelitian ini menjelaskan bahwa dalam melaksanakan pendidikan karakter Elfina, Firman dan Rusdinal 516 Syntax Idea, Vol. 3, No. 3, Maret 2021 disiplin di SD Muhammadiyah Sapen dilakukan melalui sembilan kebijakan, yaitu 1 membuat program pendidikan karakter; 2 menetapkan aturan sekolah dan aturan kelas; 3 melakukan sholat Dhuha dan Sholat Dhuhur berjamaah; 4 membuat pos afektif di setiap kelas; 5 memantau perilaku kedisiplinan siswa di rumah melalui buku catatan kegiatan harian; 6 memberikan pesan-pesan afektif di berbagai sudut sekolah; 7 melibatkan orang tua; 8 melibatkan komite sekolah; dan 9 menciptakan iklim kelas yang kondusif. Menurut ST, 2015, “Peranan Guru IPS Dalam Membentuk Karakter Peserta Didik” hasil dari penelitian menyatakan peran guru IPS sebagai pendidik diwujudkan dengan mengarahkan bakat dan kemampuan peserta didik, bertanggung jawab dan mewujudkan kewibawaan. Guru IPS sebagai pengajar diwujudkan dengan merencanakan serta melaksanakan pembelajaran. Guru IPS sebagai teladan diwujudkan dalam keteladanan penampilan, pergaulan, dan kepedulian terhadap lingkungan. Guru IPS sebagai pelatih diwujudkan dengan membangun kesadaran peserta didik, melakukan karakter yang diajarkan bersama guru dan peserta didik. Metode Penelitian Sesuai dengan fokus penelitian yang penulis ambil yaitu tentang kerjasama antara guru dan orang tua dalam membentuk karakter disiplin siswa di SMAN 1 Lembah Gumanti. Maka Penelitian ini termasuk jenis penelitian kualitatif, karena penelitian ini dilakukan pada objek yang alamiah dan data yang dihasilkan adalah data deskriptif, dengan menggunakan metode deskriptif kualitaif. Penelitian ini, Penulis melakukan teknik pengumpulan data berdasarkan pendapat dari Arikunto, 2006 pengumpulan data dilakukan dengan cara observasi, wawancara, studi dokumentasi. Sedangkan teknik analisis data menggunakan pendapat dari Sasmito & Nawangsari, 2019 yaitu reduksi data, sajian data, dan penarikan kesimpulan dengan menggunakan uji keabsahan data berupa Triangulasi. Hasil dan Pembahasan 1. Upaya Guru a. Mengadakan pertemuan antara orang tua dan guru Pertemuan ini diadakan sebagai bentuk komunikasi antara orang tua dan pendidik sekolah untuk membahas perkembangan anak di sekolah dan menyusun rencana guru di sekolah. Pertemuan tersebut di langsungkan setiap hari sabtu minggu ke-4 dalam sekali 3 bulan. pertemuan tersebut juga dibentuk panitia pertemuan yang beranggotakan orang tua siswa sendiri. b. Mensosialisasikan pendidikan karakter Sosialisasi ini dilakukan untuk mengembangkan pendidikan kepribadian yang dirancang oleh guru, seperti keinginan bersama untuk mengadakan pertemuan dan rencana untuk meningkatkan pengetahuan. c. Libatkan orang tua dalam program pendidikan karakter Kerjasama Guru dan Orang Tua dalam Membentuk Karakter Disiplin Siswa SMAN 1 Lembah Gumanti Syntax Idea, Vol. 3, No. 3, Maret 2021 517 Kontribusi orang tua dalam membentuk karakter siswa bisa dilakukan dengan mengawasi anak belajar di rumah dengan meningkatkan jam belajar, mematikan TV disaat belajar, mengawasi anak di dalam bermain dan bergaul. Selain itu juga mengontrol kegiatan dan perkembangan siswa di rumah. 2. Faktor Pendukung a. Keterlibatan orang tua Partisipasi orang tua dalam meningkatkan upaya guru antara lain mengawasi kegiatan siswa di rumah, meluangkan waktu mengikuti pertemuan yang diadakan oleh sekolah dan guru, serta menepati janji dan rencana yang dibentuk bersama guru dalam pertemuan tersebut. b. ketersediaan sarana dan prasarana sekolah Daftar nilai wajib disediakan oleh seorang pendidik. Guru menyampaikan hasil nilai ulangan siswa setiap semester. Menurut pendapat Purwanto, 2013, komunikasi harus dijaga terutama dalam hal diperlukan untuk meningkatkan pendidikan anak. 3. Faktor Penghambat Faktor-faktor ini termasuk pemahaman orang tua yang tidak memadai tentang pendidikan karakter, terjadinya miskomunikasi antara orang tua dan guru, dan kurangnya waktu bagi beberapa orang tua untuk menghadiri pertemuan. Hal ini sesuai dengan pandangan Lickona, 2013 menyatakan bahwa tentunya sebagian wali murid masih cuek atau kurang mendukung upaya sekolah untuk memberikan pendidikan berharga. Dalam hal pengembangan pembelajaran dan pengembangan karakter, banyak orang tua yang lebih memperhatikan pekerjaan daripada perkembangan anaknya. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa berbagai upaya telah dilakukan guru untuk mendorong kerja sama antara orang tua dalam membentuk kepribadian peserta didik, antara lain membentuk Paguyuban orang tua-guru untuk menggalakkan pendidikan karakter dan melibatkan orang tua dalam pendidikan karakter tersebut. Perjanjian disipliner dengan orang tua untuk membatasi penggunaan gawai dan media sosial pada siswa, memanfaatkan sarana dan prasarana yang telah disediakan oleh sekolah, menyediakan pusat dukungan wali murid dan siswa, dan melakukan kunjungan ke rumah orang tua. Selain itu, banyak faktor yang mebantu upaya guru, antara lain peran serta orang tua dalam mendukung upaya guru untuk mendorong kerja sama, dan sekolah dapat memanfaatkan guru untuk meningkatkan sarana dan prasarana kerjasama dengan orang tua. Faktor yang menghambat upaya guru antara lain pemahaman orang tua yang tidak memadai tentang pendidikan siswa dan perkembangan mata pelajaran, komunikasi yang kurang antara orang tua dan guru, dan kurangnya waktu bagi beberapa orang tua untuk menghadiri pertemuan. Elfina, Firman dan Rusdinal 518 Syntax Idea, Vol. 3, No. 3, Maret 2021 BIBLIOGRAFI Agus Wibowo. 2012. Pendidikan Karakter Strategi Membangun Karakter Bangsa Berperadaban. Yogyakarta Pustaka Pelajar. Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Surat Pendekatan Praktis, Jakarta Rineka Cipta, 1991. Assisi, Abbas. Biografi Dakwah Hasan Al-Banna. Bandung Harakatuna Publishing. Curvin, R. L., & Mindler, A. N. 1999. Discipline With Dignity. USA Association For Supervision And Curriculum Development. Haryati, Sri. 2017. Pendidikan Karakter dalam Kurikulum 2013. Lihat Http//Lib. Untidar. Ac. Id/Wp-Content/Uploads/2017/01/Pendidikan-Karakter-Dalam-Kurikulum. Pdf. Heri, Gunawan. 2012. Pendidikan karakter konsep dan implementasi. Bandung Alfabeta, 7–31. Hidayatullah, M. Furqon, & Rohmadi, Muhammad. 2010. Pendidikan karakter membangun peradaban bangsa. Yuma Pustaka. Kebudayaan, Kementerian Pendidikan Dan. 2013. Konsep Pendekatan Scientific. Jakarta Kemesdikbud. Khan, Yahya. 2010. Pendidikan karakter berbasis potensi diri. Yogyakarta Pelangi Publishing. Kirschenbaum, Howard. 1995. 100 Ways To Enhance Values and Morality in Schools and Youth Settings. ERIC. Lickona, Thomas. 2013. Character Matters How to Help Our Children Develop Good Judgment, Integrity, and Other Essentia lVirtues Terjemahan. Jakarta PT Bumi Aksara. Luthfi, Khabib. 2018. Masyarakat Indonesia dan Tanggung Jawab Moralitas. Guepedia. Purwanto, Ngalim. 2013. Teori Kepemimpinan dan Aplikasinya. Rineka Cipta. Jakarta. Sasmito, Cahyo, & Nawangsari, Ertien Rining. 2019. Implementasi Program Keluarga Harapan Dalam Upaya Mengentaskan Kemiskinan di Kota Batu. JPSI Journal of Public Sector Innovations, 32, 68–74. Sepriyanti, Nana. 2006. Artikel Nana Sepriyanti. Padang IAIN IB Press. St, Dian Handayani. 2015. Peranan Guru Ips Dalam Pembentukan Karakter Peserta Didik Di Smp It Ar Raihan Bandar Lampung. Universitas Lampung. Kerjasama Guru dan Orang Tua dalam Membentuk Karakter Disiplin Siswa SMAN 1 Lembah Gumanti Syntax Idea, Vol. 3, No. 3, Maret 2021 519 Wengki Andika Putra, Putra. 2018. Hubungan Disiplin Belajar terhadap Hasil Belajar Sejarah Pada Siswa Kelas X SMA N 1 Pantai Cermin, Kabupaten Solok. STKIP PGRI Sumatera Barat. Wuryandani, Wuri, Maftuh, Bunyamin, & Budimansyah, Dasim. 2014. Pendidikan Karakter Disiplin di Sekolah Dasar. Jurnal Cakrawala Pendidikan, 332. ResearchGate has not been able to resolve any citations for this publication. Agus WibowoPenulis Agus Wibowo Penerbit Pustaka Pelajar, Yogyakarta Cetakan I, Januari 2012 Tebal Buku xii, 172 hlm PENDIDIKAN karakter, saat ini dan mungkin untuk beberapa tahun ke depan sedang ngetrend dan booming. Itu tidak lepas dari gencarnya sosialisasi yang dilakukan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, sebagai upaya memperbaiki karakter generasi muda pada khususnya dan bangsa ini pada umumnya. Sebagaimana kita ketahui, karakter bangsa ini tengah terdegradasi. Seperti ditandai dengan tawuran antarpelajar, antarmahasiswa, antarkampung, dan sebagainya. Praktek plagiasi atas hak cipta, perjokian seleksi masuk perguruan tinggi negeri SMPTN, perjokian ujian nasional Unas, dan praktek korupsi yang kental mewarnai kehidupan kenegaraan kita. Semua itu hanya sekian dari contoh "amburadulnya" moralitas dan karakter bangsa kita saat ini. Pendidikan karakter hadir sebagai solusi problem moralitas dan karakter itu. Meskipun bukan sebagai sesuatu yang baru, pendidikan karakter cukup menjadi semacam gereget bagi dunia pendidikan pada khususnya untuk membenahi moralitas generasi muda. Pendidikan karakter–mungkin-bukan sesuatu yang baru, karena sebelumnya sudah ada pendidikan budi pekerti, Pendidikan Kewarganegaraan PKn, pendidikan agama, dan sebagainya. Hanya saja, pendidikan karakter ini memiliki kelebihan karena merangkum tiga aspek kecerdasan peserta didik, yaitu kecerdasan afektif, kognitif, dan psikomotorik. Belum berhasilnya—untuk tidak menyebut gagal—implementasi pendidikan agama, PKn dan sejenisnya, menurut penulis buku ini, disebabkan dua hal pokok, yaitu Pertama, kurang terampilnya para guru menyelipkan pendidikan karakter dalam proses pembelajaran. Kedua, sekolah terlalu fokus mengejar target-target akademik—khususnya target lulus ujian nasional UN. Karena sekolah masih fokus pada aspek-aspek kognitif atau akademik, baik secara nasional maupun lokal di satuan pendidikan. Maka, aspek soft skils atau nonakademik sebagai unsur utama pendidikan karakter justru diabaikan. Bangsa kita sepertinya saat ini kehilangan kearifan lokal yang menjadi karakter budaya bangsa sejak berabad-abad lalu. Seperti maraknya kasus tawuran antarpelajar, antarmahasiswa, dan antarkampung. Tindak korupsi di semua lini kehidupan dan institusi. Kebohongan publik yang telah menjadi bahasa sehari-hari. Tidak ada kepastian hukum, karena pada prakteknya hukum kita bisa diperjualbelikan. Parahnya lagi, bangsa ini miskin figur yang bisa jadi contoh konkret, serta diteladani oleh masyarakat. Maka tidak heran jika pembentukan dan pembinaan karakter bangsa menuju masyarakat yang bermoral, berbudi pekerti luhur dan menjunjung tinggi semangat nasionalisme laksana kapal tanpa pedoman di tengah luasnya samudera. Membaca fakta-fakta krisis moralitas sebagaimana diuraikan, kalau kita sadar, bangsa ini sedang berada di sisi urang kehancuran; tinggal sedikit lagi masuk tercebur dalam jurang kehancuran. Hal itu sebagaimana pendapat Thomas Lickona, seorang pendidik karakter dari Cortland University. Menurut dia, sebuah bangsa sedang menuju jurang kehancuran, jika memiliki sepuluh tanda-tanda, seperti; 1 meningkatnya kekerasan di kalangan remaja, 2 membudayanya ketidakjujuran, 3 sikap fanatik terhadap kelompok/peer group, 4 rendahnya rasa hormat kepada orang tua dan guru, 5 semakin kaburnya moral baik dan buruk, 6 penggunaan bahasa yang memburuk, 7 meningkatnya perilaku merusak diri seperti penggunaan narkoba, alkohol dan seks bebas, 8 rendahnya rasa tanggung jawab sebagai individu dan sebagai warga negara, 9 menurunnya etos kerja, dan 10 adanya rasa saling curiga dan kurangnya kepedulian diantara sesama. Kita semua tentu tidak ingin bangsa ini hancur. Alangkah sedinya para Bapak Bangsa dan para pejuang bangsa, yang sudah susah payah merebut kemerdekaan dengan tetesan keringat, darah dan air mata melihat hasil perjuangannya tak tersisa akibat kehancuran. Pertanyaan yang muncul kemudian, apa yang salah dengan bangsa ini. Sehingga sebagian besar generasi muda dan generasi tua telah tergadaikan karakternya. Moralitas, budi dan susila, telah absen dari kehidupan mereka, hingga yang tersisa tidak sedikit pun. Bagaimana cara mengatasi krisis moralitas dan tergadainya karakter sebagian generasi muda itu? Dapat dikatakan krisis moralitas dan karakter utama bangsa ini, sudah sedemikian akut. Maka, solusi terbaik untuk memperbaiki karakter bangsa ini adalah dengan mengoptimalkan pendidikan karakter. Penerapan pendidikan karakter, sebaiknya melalui proses berkelanjutan, tidak berakhir selama bangsa ini ada dan ingin tetap eksis. Pendidikan karakter uga hrus menjadi bagian terpadu dari pendidikan alih generasi, sehingga ketika terjadi pergantian kepemimpinan—baik presiden atau menteri pendidikan—pendidikan karakter ini jangan sampai dihilangkan, meskipun demi alasan politis sekalipun. Dalam semangat merevitalisasi dan mengarusutamakan pendidikan karakter itulah buku ini muncul. Di dalamnya dibahas hal ikhwal pendidikan karakter, yang antara lain meliputi urgensi, pengertian, sejarah, hingga desain dan implementasi pendidikan karakter di berbagai tingkat pendidikan. Dibahas juga bagaimana pendidikan karakter tersebut dilakukan di lingkungan paling intim bagi setiap peserta didik, yakni keluarga. Buku ini layak dibaca oleh para mahasiswa, dosen dan sivitas akademika lain yang bergelut di bidang ilmu pendidikan. Demikian pula para pengambil kebijakan dan praktisi pendidikan guru dan tenaga pendidikanm dapat menarik informasi dan inspirasi penting dari buku SasmitoErtien Rining NawangsariThis research was conducted from February to April 2018 with qualitative descriptive methods. The data sources consist of primary data sources and secondary data sources, primary data sources obtained from observations, and interviews. Interview with informants purposive sampling based on the interview guides as instruments, and the researchers as research instruments. While secondary data is obtained from documentation. Data analysis used the Miles and Huberman models of Sugiyono, 2017 whose activities include data reduction, data display and conclution drawing / verification. The results of this study, the implementation of the Keluarga Harapan Program PKH effort to alleviate poverty in the Social Service Office of Batu City has been going well. Communication is established well with PKH Facilitators, and PKH Participants. The Social Service involves the Facilitators in meetings coordination, as provisions for improving professionals seminars and matrices in to help the Facilitators to assist PKH Participants in providing counseling to tell the terms and conditions that must be fulfilled by the Participants. The Government's Social Service of Batu City has exercised its authority both from aspects communication, resources, disposition, and bureaucratic structure with PKH Assistants in the implementation to alleviate the PKH Participants' poverty. Therefore the implementation is being well because of the determined terms and conditions in education terms permanent school participants and in the health terms long term health insurance, so that social assistance through PKH cash can be received by the Participants through the BNI account of each PKM Participant. Furthermore, the PKH Assistants help the Participants to counseling provide to PKH Participants in skills possessed develop by the each Participant. Therefore, for the long term PKH implementation in poverty alleviation efforts will be able to be realized by the Government's Social Service of Batu Penelitian Surat Pendekatan PraktisSuharsimi ArikuntoArikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Surat Pendekatan Praktis, Jakarta Rineka Cipta, 1991. Assisi, Abbas. Biografi Dakwah Hasan Al-Banna. Bandung Harakatuna With Dignity. USA Association For Supervision And Curriculum DevelopmentR L CurvinA N MindlerCurvin, R. L., & Mindler, A. N. 1999. Discipline With Dignity. USA Association For Supervision And Curriculum Karakter dalam KurikulumSri HaryatiHaryati, Sri. 2017. Pendidikan Karakter dalam Kurikulum 2013. Lihat Http//Lib. Untidar. Ac. Id/Wp-Content/Uploads/2017/01/Pendidikan-Karakter-Dalam-Kurikulum. karakter membangun peradaban bangsaM HidayatullahFurqonMuhammad RohmadiHidayatullah, M. Furqon, & Rohmadi, Muhammad. 2010. Pendidikan karakter membangun peradaban bangsa. Yuma karakter berbasis potensi diriYahya KhanKhan, Yahya. 2010. Pendidikan karakter berbasis potensi diri. Yogyakarta Pelangi Ways To Enhance Values and Morality in Schools and Youth SettingsHoward KirschenbaumKirschenbaum, Howard. 1995. 100 Ways To Enhance Values and Morality in Schools and Youth Settings. Matters How to Help Our Children Develop Good Judgment, Integrity, and Other Essentia lVirtues TerjemahanThomas LickonaLickona, Thomas. 2013. Character Matters How to Help Our Children Develop Good Judgment, Integrity, and Other Essentia lVirtues Terjemahan. Jakarta PT Bumi Kepemimpinan dan Aplikasinya. Rineka CiptaNgalim PurwantoPurwanto, Ngalim. 2013. Teori Kepemimpinan dan Aplikasinya. Rineka Cipta. Jakarta.
Begitu memasukkan si kecil ke sekolah, orangtua tak seharusnya langsung “lepas tangan” dan memasrahkan semua tanggung jawab pendidikan anak pada pihak sekolah. Jika terjadi hal-hal negatif, misalnya nilai anak kurang bagus atau terjadi perselisihan antarsiswa di sekolah, orangtua tak bisa serta-merta menuding guru atau pihak sekolah. Orangtua tetap harus ikut andil dalam pendidikan anak-anaknya. Pertemuan orangtua dan guru Dalam satu tahun ajaran, interaksi antara guru dan orangtua acap kali hanya terjadi pada awal masuk tahun ajaran baru atau penerimaan rapor. Padahal, pertemuan antara orangtua dan guru untuk membahas permasalahan pendidikan anak seyogianya dilakukan lebih intens. Seminar Salah satunya, pihak sekolah mengadakan seminar yang ditujukan untuk orangtua murid. Tidak hanya memperkenalkan kurikulum baru, seminar ini juga dapat menjadi cara bagi sekolah untuk mengenalkan dunia sekolah pada orangtua. Orangtua pun bisa menyampaikan aspirasi atau masukan untuk sekolah melalui seminar ini. Kunjungan sekolah Kunjungan ke sekolah juga bisa lebih terbuka. Orangtua perlu mengenal lingkungan sekolah yang menjadi lokasi untuk menyekolahkan anak-anaknya. Kunjungan ke sekolah disertai dengan penjelasan dari pihak sekolah akan menumbuhkan rasa percaya orangtua pada sekolah. Proaktif Orangtua pun perlu lebih proaktif dalam mencari informasi mengenai hal-hal yang dialami anak di sekolah. Sesibuk apapun orangtua, sebaiknya luangkan waktu sekitar satu jam setiap hari untuk mendampingi anak dalam belajar atau mengerjakan PR dan mengobrol dengan anak. Tahan emosi Jika terdapat ketidaksetujuan dengan kebijakan sekolah, sebaiknya orangtua tidak lantas menumpahkan emosi. Namun, utarakan persoalan dengan cara yang tepat. Berbicaralah dengan sopan dengan pihak sekolah dan paparkan permasalahan dengan obyektif. Apabila terjadi masalah pada anak di sekolah, orangtua sebaiknya jangan terburu-buru menyalahkan guru. Carilah informasi pemicu persoalan yang sebenarnya. Hindari mencari kambing hitam. Duduk dan berembuglah bersama guru atau pihak sekolah lainnya. Bahaslah solusi bersama untuk memecahkan permasalahan yang terjadi. Grup chating Membuat grup antara para orangtua dengan wali kelas di media sosial atau aplikasi pesan seperti Line atau WhatsApp juga bisa dilakukan. Hal ini memungkinkan untuk kelas dengan jumlah siswa yang tidak terlalu banyak. Melalui grup ini, perkembangan anak bisa dimonitor, baik oleh orangtua maupun guru. [*] Artikel ini terbit di Harian Kompas edisi 23 Juli 2018
pertemuan orang tua murid dan guru